Aceh Jaya – Menjelang gelaran Pekan Olahraga Aceh (PORA) tahun 2026 yang akan digelar di Kabupaten Aceh Jaya, Bupati Safwandi mengajak insan pers untuk turut mengambil peran dalam mempromosikan potensi daerah serta menyukseskan perhelatan olahraga tingkat provinsi tersebut.
Ajakan itu disampaikan langsung oleh Bupati Safwandi saat berdialog santai bersama para jurnalis yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh Jaya di salah satu kedai kuliner di Panga, Selasa malam (22/04/2025).
Dalam kesempatan itu, Bupati menyampaikan sejumlah harapan besar terhadap masa depan Aceh Jaya, khususnya dalam hal penataan kawasan ibu kota kabupaten.
Ia mengungkapkan keinginannya agar wajah Kota Calang bisa lebih tertata dan dikenal luas, terlebih saat Aceh Jaya menjadi tuan rumah PORA mendatang.
“Saya bermimpi saat PORA berlangsung nanti, jalan dua jalur dari Salem Teuka hingga ke kantor bupati bisa terwujud. Walaupun tidak tercapai di 2026, tahun 2027 harus bisa terealisasi,” ujar Safwandi,
Ia menegaskan komitmennya terhadap pembangunan infrastruktur di ibu kota kabupaten.
Lebih lanjut, Safwandi menyatakan optimismenya terhadap dukungan dari Pemerintah Aceh terhadap pelaksanaan PORA. Ia mengungkapkan bahwa dari total anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp74 miliar untuk pembangunan Stadion Utama, tahun ini baru tersedia Rp40 miliar.
Meski demikian, dirinya yakin bantuan tambahan dari provinsi akan terus mengalir demi kelancaran ajang tersebut.
Di hadapan para jurnalis, Bupati juga menekankan pentingnya peran media dalam membangun citra positif daerah.
Ia mengajak insan pers untuk ikut mengangkat potensi dan capaian Aceh Jaya agar lebih dikenal luas. “Kadang kita kalah dalam hal viral, maka bantu kami untuk mengangkat hal-hal positif dari daerah ini. Mari kita bersinergi, karena saya yakin semua elemen memiliki keahlian masing-masing,” ujar Safwandi.
Pada momen yang sama, Bupati juga menanggapi isu yang sempat ramai di media sosial terkait pembongkaran portal di area pendopo.
Ia menjelaskan bahwa langkah itu diambil sebagai bentuk keterbukaan dan untuk memberikan akses lebih luas kepada masyarakat.
“Pendopo itu rumah rakyat. Kami ingin masyarakat merasa dekat dan tidak ragu untuk datang. Petugas keamanan cukup berjaga di dalam, sisanya mari kita fokus bantu masyarakat, termasuk dalam penanganan konflik satwa,” tutupnya. (*)