Bedah Buku “1001 Pesan Abimu”, Ini Pesan H Dzulhijmi

Banda Aceh – Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam (FKPAI) Aceh mengadakan launching dan bedah buku “1001 Pesan Abimu” karya Abu Teuming. Acara dibuka oleh Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh, Drs. Umar Solikhan, M.Hum, di Balai Bahasa Provinsi Aceh, Banda Aceh, Rabu, 5 Februari 2025.

Pembedah, H. Dzulhijmi mengatakan seorang yang telah tiada, tidak berkesempatan lagi hidup dan tidak bisa melakukan aktivitas ibadah tapi amalan kebajikannya terus mengalir jika punya karya tulis. Ada aset amal yang dipersiapkan untuk bekal dialam barzah dan hari kemudian.

“Hal ini menjadi salah satu ciri khas orang yang cerdas,” ujar Penyuluh Agama Islam KUA Blang Binta, Aceh Besar.

Ia menerangkan ulama terdahulu secara konsisten melestarikan ilmu pengetahuan melalui karya tulis, yang kini masih relevan dan bermanfaat meskipun telah berabad-abad. Ini mengindikasikan ada keberkahan terhadap peninggalan mereka. Seolah-olah mereka masih hidup karena namanya sering disebut dalam literatur karyanya.

“Memang ada banyak orang berilmu di Aceh, tapi budaya menulisnya masih rendah dibandingkan daerah lain,” ucapnya.

H Dzulhijmi menyebutkan buku 1001 Pesan Abimu menarik karena berawal dari cara penulis memanfaatkan platfom digital facebook untuk menulis atau menyimpan pesan hikmah. Dahulu, para cerdik pandai sering membawa pulpen dan kertas untuk menulis supaya ilmu terikat.

“Ilmu ibarat buruan yang sangat liar. Saya melihat, penulis memanfaatkan facebook atau drive menyimpan ilmunya. Ini sangat bijak di tengah-tengah orang yang mengakses medsos hanya sebatas hiburan saja,” katanya dalam acara yang dipandu Wakil Sekretaris FKPAI Aceh, Muammar Kadri, S.H.I.

Buku ini, tambahnya, sangat bermanfaat bagi ASN, khususnya guru atau penyuluh agama karena menjadi pedoman materi penyuluhan. Selaras dengan Kepdirjer Bimas Islam Nomor 637 Tahun 2024. Salah satu itemnya adalah penyusunan materi bimbingan. Bagi penulis bisa jadi pengembangan kompetensi agama Islam berupa menyusun karya tulis.

Dzulhijmi mengatakan buku 1001 Pesan Abimu cukup bagus, apalagi jika dipadukan dengan redaksi arabiahnya, baik Al-Qur’an, hadis, dan kitab. Imam Bukhari menulis 7275 hadis dalam proses penyeleksian dan penulisan kitab Shahih al-Bukhari selama 16 tahun. Setiap menulis hadis ia selalu berwuduk dan shalat dua rakaat.

“Apalagi buku 1001 Pesan Abimu bernilai tasawuf, tentu lebih berkah bila dimulai dengan basmalah,” tegasnya.

Ia memberikan catatan bahwa diawal pesan setiap tema, disisipkan kalimat “abimu berkata atau kata abimu” atau sejenisnya agar tidak jauh dari konsep judulnya 1001 Pesan Abimu. Secara umum buku ini sudah mewakili ayah dan ibu sedunia, ada baiknya redaksi abi itu diganti jadi “orang tuamu”, tapi tidak menutupi kemungkinan makna “abimu” juga bagi ibu-ibu.

Sedangkan 1001, jelas Dzulhijmi, adalah angka konotatif atau kiasan yang melambangkan di atas kesempurnaan. Kiasan 1001 ini digunakan di seluruh dunia untuk menyebut sesuatu yang melebihi sempurna dalam bahasa kiasan.

“Ada hal yan sangat menarik dari buku ini menurut kami, pada halaman pertengahan 69-70 terdapat pembasan “A-Qur’an”. Tema ini berada di tengah buku karena jumlah halamannya 140. Semoga buku ini bisa menuntun kita menuju syurga bersama penulisnya,” tutupnya.

Pos terkait